cari

Kamis, 07 Desember 2017

Cara Tambah Downline

Cara daftarkan downline

Klik Garis 3


pilih daftarkan agen


daftarkan agen
masukan
Nama
Alamat
No Hp
Markup


untuk markup isi 100/150.
jangan terlalu tinggi

Dimarkup Itu Kita akan mendapatkan bonus.
misal kita isi 100 untuk markup downline,
ketika downline melakukan transaksi pulsa maka kita akan mendapat komisi
sesuai markup yang sudah kita tentukan.

Dalam sehari downline melakukan 10x penjualan
maka bonus yg kita dapatkan
100x10 = 1000

jadi perbanyak downline agar bonus makin banyak juga.


CARA TRANSAKSI PULSA LEWAT SMS

Cara jual pulsa lewat telegram & sms biasa

Apa bedanya Regular Sama Regular Promo

"Untuk regular harga pulsa lebih mahal
Untuk regular promo harga lebih murah"

Cek Harga: [ch.kode]
Contoh: CH.SKC
kirim ke center.

Cara Transaksi:
[Kode.Nomor.PIN]

Contoh: INP5.085712345xxx.1234
Kirim Ke Nomor SMS Center

Lebih Praktis Pakai Aplikasi
Pilih Isi Ulang
Masukan Nomor
Cari Nominal Yang ingin di isi
Kirim

Kode Pulsa :

Axis Regular = AX
Axis & XL Regular = XN
Axis & XL Reg Promo = XNP
Indosat Regular = IN
Indosat Reg Pro = INP
Telkomsel Reg = SP
Telkomsel Rrg Pro = SKC
Telkomsel Murah = SKM
Three reg = TH
Three reg pro = THP
PLN = PLA / PLB / PLC

Kode Pengisian :

Axis Regular = AX
AX5 
AX10

Axis & XL Regular = XN
XN5
XN10
XN15
XN25
XN30
XN50
XN100

Axis & XL Regular Promo = XNP
XNP5
XNP10

Indosat Regular = IN
IN5
IN10
IN12
IN20
IN25
IN30
IN50
IN100

Indosat Regular Promo = INP
INP5
INP10

Telkomsel Regular = SP
SP5
SP10
SP20
SP25
SP50
SP100

Telkomsel Regular Promo = SKC
SKC5
SKC10
SKC20
SKC25
SKC50
SKC100

Telkomsel Murah = SKM
SKM5
SKM10
SKM20

Three Regular = TH
TH1
TH2
TH3
TH4
TH5
TH10
TH20
TH25
TH30
TH50
TH100

Three Regular Promo = THP
THP5
THP10

Kode Pulsa Listrik = PLA/PLB/PLC
PLA20
PLA50
PLA100
PLA200
PLA500
PLA1000

PLB20
PLB50
PLB100
PLB200
PLB500
PLB1000

PLC20
PLC50
PLC100
PLC200
PLC500
PLC1000

Kamis, 23 November 2017

Daftar Jadi Dealer Pulsa Murah



Peluang Bisnis

Daftar Sekarang Juga Di Labunganak Cell

Pengen Jualan Pulsa/Token Listrik/Isi Ulang Kouta data Murah atau buat dipakai sendiri?
Daftarkan Diri Anda Sekarang Juga Di Labunganak Cell.
Klik Ikon gambar Dibawah Ini Otomatis Anda Akan Dialihkan Ke Whatsapp untuk pendaftaran.


Atau SMS KE 085828248716
Bbm: 5fa40660
Dengan Format: Saya Mau Daftar di Labunganak Cell

Langsung daftarkan diri anda.
modal 50rb-100rb sudah bisa mendaftar jadi agen reseller pulsa di Labunganak Cell.
Pengisian saldo mudah.
Saldo 50rb=50rb juga yg harus di bayar.
Saldo 100rb=100rb      "          "           "
Setelah Berhasil mendaftar di Labunganak Cell, Anda Pengen Mendapatkan Komisi Dari Downline, anda juga bisa mendaftarkan dengan cara di bawah ini




Ajak Teman Rekan Keluarga Anda Untuk Berjualan Pulsa.

Downline mendaftar kepada Anda dengan nama dan no teleponnya.

Kemudian Anda mendaftarkan nama dan nomor telepon tersebut ke server dengan selisih harga yang nanti akan menjadi bonus Anda. Contohnya seperti ini:


Format : REG.NAMA.KOTA.NOHP.MARKUP/SELISIH.PIN ANDA
Contoh : REG.GUMBILICELL.BARABAI.085828248716.100.1234

Setiap downline yang melakukan transaksi/penjualan pulsa, kita akan mendapatkan komisi.

Memiliki 5 Orang Downline lumayan.
1 orang dalam sehari melakukan transaksi pulsa 10x, 
10x100=Rp.1.000
Rp.1.000x5= Rp.5.000 
5rb Bonus saldo yang kita dapatkan dalam sehari dari downline.
dalam 1 bulan Rp.100.000-Rp.150.000.

Perbanyak downline agar bonus yang didapatkan banyak juga.






Hitung Penghasilan dengan kalkulator Silahkan di coba.

Jumat, 17 November 2017

Sibuta dan Sibungkuk

Hikayat: "Si Buta dan Si Bungkuk"

Di sebuah desa tinggallah dua orang cacat, orang buta dan orang bungkuk. Keduanya hidup bertetangga dengan baik. Pada suatu hari mereka berdamai untuk bekerja sama. Si Buta sebenarnya cacat sejak kecil. Kulit matanya tertutup dan tak dapat melihat. Sebaliknya si Bungkuk cacatnya tidak sejak kecil.

Menurut ceritanya, ia bungkuk karena bekerja sebagai kuli angkut karung beras. Ketika masih muda si Bungkuk sanggup mengangkat karung yang beratnya satu kwintal. Tapi sejak ia menjadi bungkuk, namanya yang semula pak Saman telah berganti jadi si Bungkuk. Dia tidak lagi sanggup mengangkat karung berisi beras. Usianya tak memungkinkannya lagi. Si Buta lain lagi riwayat hidupnya. la buta sejak kecil.. Kulit matanya tak dapat dibuka. Namanya Aman, orang menyebut si Buta untuk memudahkan mengenalnya. Pekerjaan si Buta setiap hari membuat kerajinan tangan. la membuat sapu lidi dan sapu ijuk. Si Buta juga pandai membuat kosetan kaki dari sabut kelapa.

Dahulu ketika isterinya masih hidup, si Buta dituntun oleh isterinya setiap kali menjual hasil kerajinannya. Sekarang setelah isterinya meninggal, si Buta harus berjualan sendiri. la berjualan dengan pertolongan tongkatnya yang terbuat dari kayu ruyung pohon enau. Tongkat itu karena seringnya dipergunakan sampai mengkilat. Hidup mereka yang sederhana sebagai orang yang bertetangga sangat rukun. Setiap berjumpa, mereka saling menegur dan saling menghormati. Maka terjalin suatu persahabatan yang akrab di antara mereka.

Pada suatu hari si Bungkuk datang berkunjung ke rumah si Buta, sahabatnya. Sahabatnya ketika itu sedang asyik menganyam kosetan dari sabut kelapa.

“Man, rajin benar kau?” “Oh, yang datang tentu Pak Saman, ya?”

“Benar.” “Ayo silahkan duduk. Silahkan duduk,” kata si Buta.

“Terima kasih. Sudah, jangan repot-repot.” “Apa kabarnya, Pak Saman?”

“Ya baik-baik saja. Sukar benar sekarang mencari nafkah,” kata si Bungkuk.

“Memang, aku juga mengalami kesukaran. Ketika isteriku masih hidup…. ah aku dapat berjualan bersamanya sampai ke desa tetangga yang jauh.

Sekarang karena mataku buta, aku tak dapat berjalan terlalu jauh dari kampung kita. Sedang daganganku di desa kita lakunya tak seberapa,” kata si Buta, nadanya penuh sesal.

“Memang tidak mungkin, jika hanya mengandalkan sebuah tongkat saja. Apalagi kau sudah tua,” kata si Bungkuk.

“Ya jika saja perkawinanku dahulu dikaruniai seorang anak…. Ah, aku tak dapat berangan-angan,” kata si Buta.

“Aku lebih celaka lagi. Sampai sekarang aku tidak pernah menikah. Maklum keadaanku yang sangat susah,” kata si Bungkuk.

“Aku bermaksud mencari seorang anak lelaki yang dapat menuntun dan membantu aku menjual sapu.”

“Kau bermaksud mencari pembantu?”

“Ya, agar aku dapat berjualan ke tempat yang agak jauh. Aku kira langgananku di tempat jauh sudah tak punya lagi sapu dan kosetan.”

“Aku…. ah,” si Bungkuk tak melanjutkan kata-katanya.

“Mengapa berhenti? Apa yang hendak kau katakan?”

“Aku mau menuntunmu. Kalau perlu, menggendongmu jika kau kecapaian. Tapi aku khawatir kau tak menyetujuinya,” kata si Bungkuk.

“Kau? Kau mau membantuku?”

“Ya, jika kau bersedia menerima bantuan dariku.”

“Oh, dengan senang hati. Mulai besok kita akan berjalan bersama. Mencari nafkah bersama, dalam suka dan duka, setuju?”

“Syukurlah jika kau mau.”

Setelah membuat rencana dan perjanjian, si Bungkuk permisi dari kawannya. Si Buta sangat senang mendapat pekerjaan baru. Mereka akan bekerja sama. Sekali pun mereka cacat, tapi mereka tak ingin menjadi pemalas. Mereka akan mencari nafkah yang halal.

Keesokan harinya, si Bungkuk berjalan di muka sambil menuntun si Buta. Mereka berjualan hasil kerajinan tangannya. Sesuai dengan perjanjiannya, jika si Buta kecapaian, si Bungkuklah yang menggendongnya. Perjalanan yang mereka tempuh cukup jauh. Kadang-kadang mereka makan di warung nasi, kadang-kadang di sembarang tempat. Si Bungkuk sekarang, selain bertugas sebagai penunjuk jalan, karena matanya normal dan tenaganya kuat, juga bertugas sebagai pemegang keuangan. Si Bungkuk juga mulai belajar membuat kosetan dari sabut kelapa. la membantu membuat dagangan. Si Buta sangat bersyukur dapat seorang sahabat. Sekarang ia dapat menjual hasil pekerjaannya ke tempat-tempat yang jauh.

Penghasilan mereka sekarang agak lumayan. Yang mengatur uang belanja sekarang si Bungkuk. Sebab si Buta tak dapat melihat dan takut dibohongi. Si Buta percaya penuh pada sahabat barunya. Jika mereka pulang siang, mereka masak sendiri. Semua urusan rumah tangga dilaksanakan oleh si Bungkuk. la yang membelikan rokok untuk si Buta. la juga yang mengatur membuat sayur untuk makan mereka setiap hari.

Pendeknya, segalanya diatur oieh si Bungkuk. Tak ada gading yang tak retak, kata sebuah pepatah. Begitu juga yang terjadi atas persahabatan si Bungkuk dan si Buta. Di dalam hati si Bungkuk telah timbul suatu perasaan yang kurang baik. la merasa seolah ia lebih penting dari sahabatnya. Perasaan yang sebenarnya sangat buruk. “Akulah yang menuntun si Buta. Akulah yang tahu tempat calon pembeli. Dan akulah yang dapat melihat dan menentukan berapa harus kujual daganganku,” pikir si Bungkuk pada suatu hari. “Sebenarnya sudah sepantasnya jika aku mendapat bagian yang lebih besar dari si Buta,” pikir si Bungkuk lagi.

Di waktu malam otak si Bungkuk bekerja keras. la ingin punya kedudukan lebih berkuasa dari si Buta. Si Bungkuk telah lupa, bahwa pekerjaan yang sekarang ia kerjakan, adalah berkat kebaikan si Buta. Karena ada pikiran-pikiran jelek yang menggoda hatinya, si Bungkuk jadi pemurung. Hatinya tidak sebersih ketika mereka baru bekerja sama. la akan merencanakan suatu kecurangan. “Aku dapat berbuat sesuka hatiku. Si Buta pasti tak akan mengetahuinya, karena matanya buta,” pikir si Bungkuk. Si Buta sendiri tak mengetahui niat buruk sahabatnya. la tetap, bersikap manis terhadap sahabatnya.

Sebagai orang yang cacat matanya, ia menyadari bahwa pada jasmaninya terdapat suatu kekurangan. Dengan bekerja sama dengan si Bungkuk kekurangan itu dapat ditutupinya. la berterima kasih atas kesediaan si Bungkuk. Apabila dalam perjalanan jauh ia letih, sahabat yang bertenaga kuat ini mau menggendongnya. Memang pada saat akhir-akhir ini. Kaki si Buta terasa mulai agak lumpuh. la mulai tak sanggup melakukan perjalanan yang agak jauh. Jika penjualan hasil sapu ijuk dan sapu lidinya dipercayakan kepada si Bungkuk saja, langganannya banyak yang tak percaya kalau sapu itu buatannya.

Sebenarnya ia tak ingin membebani si Bungkuk. Sudah melakukan perjalanan jauh, masih harus menggendong tubuhnya yang tak sanggup berjalan. Si Buta juga tahu perasaan, dan ia juga merasakan keringat si Bungkuk yang mengucur deras, jika ia sedang menggendong dirinya. “Aku sebenarnya hanya membebani engkau saja, kawanku.” “Ah, tak apa. Sebab jika aku berjualan sendirian, langganan kita tak mau membelinya,” kata si Bungkuk. Padahal hatinya sebenarnya mendongkol. “Memang kau hanya membebani aku saja,” pikir si Bungkuk dalam hati dongkolnya. Pada suatu hari mereka berjualan ke desa yang cukup jauh. Pada tengah hari keduanya kembali pulang. Yang laku hanya beberapa buah sapu lidi dan sebuah kosetan saja. Hari itu hari naas baginya. “Aku lapar, Kuk.” Kata si Buta ketika mereka tiba di sebuah warung nasi langganannya. Ini diketahui oleh si Buta dengan penciumannya yang tajam. Warung nasi itu letaknya tak berjauhan dengan sebuah sungai. Sebuah warung yang cukup banyak pengunjungnya. “Ayo kita makan,” kata si Bungkuk yang terus menuntun si Buta ke tempat rumah makan. Keduanya segera mencari tempat duduk. Seperti biasanya, si Bungkuk memesan nasi dan lauk pauknya. Ketika memilih lauknya ini, timbullah kedengkian si Bungkuk. la memilih limpa dan hati sapi yang digoreng. Sedangkan untuk si Buta, ia memilihkan daging yang berurat dan alot sekali. Si Buta karena laparnya melahap nasi yang disediakan. la mendapat kesulitan dengan daging yang alot itu. Berkali-kali ia menggigitnya, tapi rupanya giginya tak sanggup memotong daging yang banyak uratnya itu. “Kuk tak ada daging yang lain?” “Tidak ada. Aku juga makan daging yang sama,” kata si Bungkuk. “Coba kau pilihkan yang agak empuk,” pinta si Buta. “Semuanya sama saja.” Akhirnya si Buta diam. la berusaha memakan daging yang liat itu. Giginya segera menggigit kuat-kuat, tangannya juga menarik daging itu kuat-kuat pula. Tubuhnya berkeringat, karena berjuang melawan daging yang alot itu. Si Bungkuk yang memperhatikan perjuangan si Buta, sedikit pun tak menaruh kasihan. Si Bungkuk acuh tak acuh, membiarkan sahabatnya berjuang keras. Sedangkan dia enak-enak menikmati goreng limpa dan hati. Yang hadir di warung itu mendongkol atas kecurangan si Bungkuk. Tapi mereka tak dapat ber-buat apa-apa, sebab mereka tak mengetahui siapa di antara mereka sebenarnya yang berkuasa atas uang belanja mereka. Gigi-gigi si Buta yang kuat telah tertanam di daging urat dengan kuat sekali. Seluruh tenaganya dikerahkan untuk memutuskan daging yang digigitnya. Mata si Buta yang tadinya terpejam, karena kuatnya berusaha mengalahkan daging, kelopak mata si Buta tiba-tiba terbuka. Aneh bin ajaib, mata yang buta itu tiba-tiba dapat melihat. Hal ini tidak diketahui oleh sahabatnya si Bungkuk. Si Buta terperanjat karena sukacita. Sekarang dengan matanya yang baru melek itu ia dapat menikmati keindahan dunia. la dapat melihat terang, ia dapat melihat warna hijau daun. Dan ketika ia memandang ke piring si Bungkuk, hatinya menjadi marah bukan main. Dengan mata kepalanya sendiri ia menyaksikan kecurangan sahabatnya. Di piring si Bungkuk masih terdapat goreng limpa dan hati. Sedang pada piring yang dipegangnya ada dua kerat daging yang terdiri dari urat yang keras dan alot sekali. “Kurang ajar,” pikir si Buta. Diam-diam diambilnya tongkatnya yang terbuat dari ruyung pohon aren. Tanpa berpikir panjang punggung si Bungkuk dipukulnya kuat-kuat. “Aduh! Aduh apa salahku? Aduh, ampun!” “Kurang ajar, kau curang, Bungkuk. Kau makan makanan yang enak-enak, sedangkan aku kau biarkan berjuang melawan urat yang keras!” Si Buta tak hentinya memukul-mukul punggung si Bungkuk. la tak dapat menahan kemarahan si Buta yang sekarang telah berubah. Matanya telah celik, matanya telah dapat melihat dunia yang tadinya hanya hitam semata. Dengan pertolongan Tuhan, matanya yang buta telah menjadi celik kembali. Si Bungkuk yang dipukuli pun tiba-tiba pingsan. Barulah si Buta menghentikan pukulannya. Orang banyak segera melerai perselisihan mereka. Si Bungkuk ditolong dan disiram dengan air. Dan perlahan-lahan ia menggeliat bangun. Ketika ia bangun kembali telah terjadi suatu mujizat. Si Bungkuk telah berdiri tegap. la tidak bungkuk lagi. la telah pulih dari bungkuknya seperti ketika ia masih muda. Setelah banyak orang mengerumuninya. si Buta dapat disabarkan. la tidak marah dan ia pun heran telah terjadi mujizat atas mereka berdua. Matanya telah dapat melihat, sedangkan si Bungkuk telah menjadi manusia sehat. la tidak bungkuk lagi seperti tadi, ketika mereka datang ke warung nasi itu. “Kalian harus bersyukur kepada Tuhan. Tuhan telah menolong kalian. Jasmani kalian telah dipulihkan secara sempurna,” kata orang-orang di warung nasi tersebut. Si Bungkuk dan si Buta saling bermaafan. Mereka sangat senang atas kesembuhan yang berlaku pada diri mereka. Keduanya juga sangat berterima kasih pada Tuhan. Seperti anjuran orang banyak mereka mengucapkan doa syukur. “Sekali lagi maafkan atas kecuranganku kepadamu, Ta,” kata si Bungkuk penuh haru. “Sudahlah, Kuk. Jika tadi kau tidak mencurangi aku, tak mungkin aku dapat melihat,” jawab si Buta. “Sebaliknya maafkan aku tadi memukulmu,” kata si Buta. “Aku juga memaafkan perbuatanmu. Sebab jika kau tidak memukuliku, bungkukku tak sembuh. Seharusnya kita berterima kasih kepada Tuhan. Sebab Tuhanlah yang Pengasih dan Penyayang yang memiliki segala mujizat.” Si Buta kembali menghadapi nasinya. Tapi sekarang lauknya telah ditukar. Bukan dengan urat yang keras, tapi sama seperti yang dimakan si Bungkuk. Keduanya sambil makan bercakap-cakap. Orang di kedai nasi itu ramai memperbincangkan keajaiban yang baru terjadi. Setiap hari si Buta dan si Bungkuk memuji nama Tuhan, karena Tuhan telah menyembuhkan cacatnya. Berita keagungan Tuhan yang telah memulihkan mata si Buta dan menyelamatkan si Bungkukdari bungkuknya, menyebar ke seluruh kampung. Kabar kesukaan ini disampaikan orang dari mulut ke mulut. Dalam beberapa minggu berita ini mendengung membesarkan keagungan nama Tuhan. Si Bungkuk dan si Buta tetap bersahabat. Mereka juga tetap menjalankan pekerjaan mereka menjual sapu. Keduanya tak meninggalkan pekerjaan yang telah membawa mujizat dan merubah jalan hidupnya. Si Buta telah lama merindukan ingin melihat dunia yang indah. Sebab seumurnya ia hanya mengenal satu warna, warna hitam dan gelap. la tak dapat membedakan siang yang disinari sang surya. Dan malam gelap yang kadang-kadang disinari rembulan. Rembulan yang dahulu dikatakan indah oleh orang-orang yang melek, sekarang ia dapat menikmatinya. Si Bungkuk sendiri telah jemu pada kebungkukan badannya. Padahal ketika ia muda, badannya tegap kuat. Pekerjaan sebagai kuli angkut karung yang telah menyebabkan tubuhnya menjadi bungkuk. Sekarang bungkuknya telah hilang. Sekarang keadaannya telah normal kembali seperti ketika ia masih muda. Setiap hari kedua sahabat ini bercerita. Si Bungkuk bercerita tentang masa mudanya. la dilahirkan sebagai pemuda yang kuat. Karena orang tuanya tidak kaya. la terpaksa bekerja sebagai kuli angkut pada sebuah gudang beras. Tentang kesanggupannya mengangkuti karung-karung berisi beras sekwintal, tak jemu-jemunya diceritakan kepada si Buta. Si Buta yang dilahirkan buta sejak lahir tak banyak bercerita. Sebab ketika ia baru berumur sembilan tahun ayah dan ibunya meninggal. Menurut cerita yang didengar dari tetangganya, ayah dan ibunya meninggal karena penyakit kholera. Penyakit kholera yang ganas dan sangat banyak meminta korban telah menyerang desanya. Kepandaian si Buta menganyam kosetan dari serat kelapa dan membuat sapu ijuk dipelajarinya dari orang tuanya. “Aku sangat bersyukur. Telah bertahun-tahun aku berdoa memohon kepada Tuhan agar mataku dapat melihat. Aku sangat ingin melihat dunia. Pada akhirnya doaku terkabul,” kata si Buta terharu. “Tuhan maha Pengasih dan Penyayang. Dan kita sebagai umatnya harus berbakti.” “Benar kita harus taat kepada Tuhan.” Jika si Buta dan si Bungkuk lewat di kedai bersejarah yang menyebabkan terjadinya mujizat Tuhan. orang-orang di kedai itu tak puas-puasnya bertanya tentang terjadinya keajaiban itu. Karena seringnya mereka bercerita tentang keajaiban itu, pada akhirnya mereka hafal di luar kepala. Si Bungkuk kadang-kadang bercerita ke Barat dan ke Timur. la menonjolkan cerita-cerita tentang masa hidupnya. Ketika cerita-cerita yang diceritakannya telah habis. si Bungkuk tak kehabisan akal. la bercerita tentang keakhliannya. Si Bungkuk mengaku, ketika masa mudanya ia seorang pelompat jauh. Orang asyik saja mendengar cerita si Bungkuk yang sekarang telah terlatih sebagai tukang cerita yang mahir. Ini karena seringnya ia bercerita tentang keajaiban yang menimpa dirinya dan si Buta. “Kuk kalau bercerita jangan mengada-ngada. Itu tidak baik, berbohong adalah dosa,” nasihat si Buta pada suatu hari. “Bukan salahku. Mereka yang memintanya. Ya aku hanya memenuhi keinginan mereka,” jawab si Bungkuk. Ketika mendengar jawaban sahabatnya, si Buta tak mau bertengkar. la mengalah dan tak menarik persoalan panjang-panjang. Bualan si Bungkuk setiap hari dibumbuinya. Di antara para penggemar ceritanya mulai timbul rasa curiga. Mereka ingin mengetahui tentang kebenaran ceritanya. “Abang dahulu seorang pelompat jauh?” “Ya. Mengapa?” “Ah tidak apa-apa,” kata penanya itu penasaran. “Untuk melompati selokan yang ada di depan kedai ini aku masih dapat. Jangan kau kira karena aku sudah setua ini jadi tidak mampu,” kata si Bungkuk. “Ada dua hal yang penting dalam hidup manusia,” kata salah seorang tua yang hadir di kedai itu. “Apakah itu, Pak?” tanya seorang anak muda di samping orang tua itu. “Yang pertama orang tak boleh takabur, sombong dan memandang rendah orang lain. Yang kedua menertawakan orang lain yang mendapat kesusahan, itu juga suatu dosa.” “Eh rupanya Bapak seorang pengkhotbah yang baik,” si Bungkuk kurang senang. la tersinggung oleh kata-kata orang tua itu. Si Buta juga kurang senang sahabatnya diejek orang lain. Sekali pun apa yang dikatakan orang tua itu benar. “Bapak sendiri sebenarnya telah menghina seseorang. Jika Bapak tak mau mendengar cerita saya, Bapak boleh saja menutup telinga Bapak,” kata si Bungkuk mulai panas. “Janqan marah, Nak. Bapak tidak bermaksud menghina siapa pun. Bapak telah tua, ajaran itu Bapak dapat dari ayah Bapak,” kata orang tua itu sabar. “Apa yang dikatakan Bapak ini benar, Saudara,” kata tukang nasi. “Kita boleh memakainya. Barangkali ada manfaatnya dan jika tidak, tak apalah. Sebab tak merugikan kita, bukan?” Nasihat tukang kedai nasi rupanya tak meredakan suasana yang mulai panas. Si Bungkuk yang merasa terhina tak mau mengalah. Dengan wajah merah padam ia berdiri dari bangkunya. Orang yang di kedai jadi tegang. Rupanya bakal terjadi keributan. Tapi beruntung si Bungkuk tidak menghampiri orang tua yang berkata tadi. la berdiri kemudian berkata, “Kawan-kawan mari aku buktikan. Apa yang aku katakan memang benar. Aku akan melompati selokan yang ada di muka kedai ini!” Si Buta mendekati dan menasihati kawannya. la ragu-ragu pada kemampuan kawannya. Sebab ia tahu itu hanya bualannya saja. “Jangan kaulakukan, Kuk,” bisik si Buta. “Tidak! Kau tak boleh turut campur. Ini urusanku!” Si Buta jadi menyesal ketika sahabatnya tak mau mendengar nasihatnya. la tak setuju dengan sikap si Bungkuk. Menurut ukuran orang tua itu, ia sudah bersikap sombong. Tapi si Buta tak berdaya. la hanya sanggup mengikuti langkah sahabatnya ke tepi selokan dan diikuti oleh orang-orang dari belakang. Orang tua itu pun datang ke tempat itu. “Lihat! Aku akan melompati selokan ini!” Selesai berkata-kata si Bungkuk melompat sekuatnya. Karena amarah yang meluap-luap, selokan yang cukup lebar tak dihiraukannya. “Hup!” melompatlah si Bungkuk. Dan tiba-tiba si Bungkuk berteriak, “Aduh! Aduh!” Orang-orang menjadi kaget ketika si Bungkuk sampai di seberang selokan. Tibanya sangat keras, tak diduga-duga tubuhnya yang telah baik kini kembali menjadi bungkuk. “Aduh, tolong aku. Tolong aku,” ratapnya. Nasi telah jadi bubur, ia telah menjadi si Bungkuk kembali. Ia menangis sejadi-jadinya. Semua segera menolong si Bungkuk. Si Buta yang melihat keadaan si Bungkuk, tak tahan geli. la tertawa terpingkal-pingkal mengejek sahabatnya yang sombong. la tak menghiraukan sahabatnya yang menderita. Tertawa si Buta melewati batas, sampai ia memegang perutnya. Matanya tertutup dan mengeluarkan air. “Hai, apa yang terjadi? Gelap. Hitam. Oh, mataku!” Tiba-tiba, si Buta berteriak-teriak tak sadar. Matanya yang sudah dapat melihat tiba-tiba sekarang menjadi buta kembali. “Oh, oh, mataku… Tolong mataku jadi buta.” Si Bungkuk karena kesombongannya sekarang telah kembali menjadi bungkuk. Sedangkan si Buta yang menertawakan kemalangan orang lain, juga mendapat upahnya. Matanya telah kembali menjadi buta. Apa yang dikatakan orang tua di warung nasi tadi benar. Ketika orang-orang teringat pada orang tua itu, mereka mencarinya. Tapi orang tua itu telah menghilang, pergi entah ke mana. Sedangkan si Bungkuk dan si Buta menangisi nasibnya yang malang. Mereka menyesal telah bersikap sombong dan takabur, seolah ia sendiri yang hebat. Si Buta menyesal telah menertawakan si Bungkuk yang malang nasibnya. Bukan menolong tapi menertawakannya. la menertawakan hal yang sebenarnya perlu dikasihani. Bukan tontonan yang lucu, sekalipun tingkah si Bungkuk ketika itu memang lucu. Mereka mencari orang tua yang memberi nasihat itu. Tapi setiap kali si Bungkuk menggendong si Buta datang makan di kedai, orang tua itu tak pernah dijumpainya lagi. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna.

Cerita Rakyat - Asal Mula Danau Toba

Asal Mula Danau Toba



Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap ladang dan mencari ikan dengan tidak mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut langsung melemparkan kailnya.

Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut berdoa,“Ya Allah, semoga aku dapat ikan banyak hari ini”. Beberapa saat setelah berdoa, kail yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.

Petani tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali. Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut. Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. “Tolong aku jangan dimakan Pak!! Biarkan aku hidup”, teriak ikan itu.
Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik. “Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu”, kata si ikan. “Siapakah kamu ini? Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. “Aku adalah seorang putri yang dikutuk, karena melanggar aturan kerajaan”, jawab wanita itu. “Terimakasih engkau sudah membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri”, kata wanita itu.
Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya kebahagiaan Petani dan istrinya bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah makanan dilahapnya tanpa sisa.

Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu dia tertidur di sebuah gubug.

Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung membangunkannya. “Hey, bangun!, teriak petani itu.

Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. “Mana makanan buat ayah?”, Tanya petani. “Sudah habis kumakan”, jawab si anak. Dengan nada tinggi petani itu langsung memarahi anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.

Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.

Kabayan Menyamar Jadi Haji

Di suatu pagi Si Kabayan merasa perutnya lapar, tapi ia merasa bosan dengan masakan si Iteung istrinya. Si Kabayan ingin makan enak. Karena sudah lama tidak makan enak, ia khawatir akan lupa bagaimana rasanya makan makanan enak itu. Kemudian muncul ide gilanya untuk menikmati makanan enak di rumah mertuanya. Di desa Malakeudeu tampat tinggalnya, seorang haji dianggap sebagai orang yang sangat terhormat, karena disamping dianggap sebagai orang saleh, seorang haji juga dianggap sebagai orang kaya yang mampu membayar ongkos kapal laut menuju tanah suci untuk beribadah haji. Si Kabayan tahu persis bahwa mertuanya sangat menghormati seorang haji. Jika seorang haji bertandang ke rumah mertuanya, maka mertuanya itu akan menyajikan makanan yang enak untuk menjamu tamu kehormatannya. Tanpa buang waktu lagi Si Kabayan segera mengenakan jubah dan sorban dikepalanya, lalu dengan langkah gaya seperti seorang haji, dia menuju ke rumah mertuanya. Setelah mengetuk-ngetuk pintu dan mengucapkan salam, pintu rumah mertuanya terbuka. Ternyata mertuanya sendiri yang membuka pintu. "Alhamdulillah Pak Haji, mari masuk, Aduh, gembira sekali Tuan Haji berkenan berkunjung ke gubug tempat kediaman kami yang sederhana ini." Lalu dia menyuruh istrinya cepat-cepat menyediakan makanan yang enak-enak untuk menjamu tamu terhormat itu. Mata Si Kabayan berbinar melihat ibu mertuanya menyediakan daging ayam dan makanan enak lainnya. Dengan lahap Si Kabayan menyantap apa saja yang ada di meja makan mertuanya. Setelah perutnya kenyang, Si Kabayan segera pamit pulang. Kembali di rumah dengan perut kenyang Si Kabayan cepat-cepat menyembunyikan jubah dan sorbannya. Sementara mertuanya merasa ada yang aneh dengan tamunya. Ia merasa tidak kenal dengan Pak Haji yang barusan ia jamu. Dan mertuanya merasa sangat mengenali gerak-gerik tamunya itu. Akhirnya mertuanya sadar bahwa Si Kabayan telah menipunya dengan menyamar menjadi seorang haji. Merasa geram dan dongkol dengan kelakuan menantunya, dia mau membalas. Keesokan harinya dia menyamar sebagai seorang haji juga. Dengan mengenakan jubah dan sorban di kepalanya dia melangkah menuju rumah Si Kabayan. Setelah mengucapkan salam dan mengetuk-ngetuk pintu, Si Kabayan kemudian membuka pintu. Terbelalak mata Si Kabayan yang langsung mengenali hidung pesek dan gigi ompong mertuanya. Dia pun mempunyai akal bulus untuk mengerjai mertuanya. "Iteung ! Iteung! Ini ada tamu agung, Tuan Haji yang masih keluarga dekat dari kamu. Kita harus hormati beliau. Cepat masak makanan yang enak. Potong kambing!" teriak Kabayan pada istrinya. "Aduh si Kang Kabayan teh gimana? Kita mah tidak punya kambing.” kata Nyi Iteung. "Hus! Jangan berteriak-teriak begitu, Iteung. Nanti kedengaran tetangga bikin malu saja. Sudah biar akang sembelih saja kambing ayahmu yang diikat pada pohon jambu di belakang rumah kita itu!” kata Si Kabayan. Mendengar Si Kabayan akan memotong kambing miliknya, Pak haji gadungan segera berteriak, "Jangan, Iteung! Jangan ! Itu kambing bapak satu-satunya." “Eh...jadi ini teh Abah? Kenapa menyamar jadi haji atuh Abah?” teriak Nyi Iteung. Tanpa menjawab, mertua Kabayan segera keluar dan lari pulang ke rumahnya. Dia merasa sangat dongkol dengan kelakuan menantunya itu dan bersumpah suatu saat nanti ia akan membalas.

Kamis, 16 November 2017

STOP LAYANAN PENYEDOT PULSA

Cara 1: Menyetop Layanan Penyedot Pulsa

Mungkin kamu pernah menerima SMS berisi info-info yang tidak jelas, misalnya dari nomor 99517 atau 99787. Nah nomor tersebut dikenal merupakan layanan premium yang akan mengambil pulsa setiap mengirimkan SMS ke nomor kamu.
Agar pulsa tidak terpotong lagi, silahkan matikan layanan penyedot pulsa tersebut dengan cara
Ketik pesan STOP lalu kirim ke nomor layanan premium bersangkutan, missal ke 99517
(pesan dikirim ke nomor premium yang bersangkutan. Misal ingin keluar dari layanan premium 99517, maka kirim pesan STOP ke 99517)
Jiak berhasil, proses penyetopan layanan premium akan memakan waktu 1×24. Jadi silahkan saja tunggu saja hasilnya.

Cara 2: Setop Semua Layanan Penyedot Pulsa

Apabila pulsa sering terpotong dan kamu tidak mengetahui layanan apa saja yang aktif di nomor-mu, maka cara termudahnya, nonaktifkan saja semua layanan premium yang aktif lewat dial *726# atau sms ke 726.
Lewat dial *726#
Lakukan panggilan ke *726#. Berikutnya pilih 1 Status jika ingin mengetahui layanan apa saja yang aktif di nomormu, atau jika tidak mau repot silahkan saja langsung pilih 2 Stop untuk menonaktifkan semua layanan premium yang aktif.
Lewat SMS ke 726
Ketik pesan STATUS lalu kirim ke 726 untuk cek layanan premium apa saja yang aktif, atau
Ketik STOP kirim ke 726 untuk berhenti dari semua layanan premium penyedot pulsa yang aktif di nomormu.

Cara 3: Cara Lain Untuk Menyetop Layanan Penyedot Pulsa

Layanan premium seperti layanan info Zodiac, Joke dan Game mungkin tidak dapat di stop dengan dua cara yang telah diberikan diatas. Jadi untuk solusinya, kamu bisa melakukan cara lainnya seperti berikut ini.
Dari handphone, lakukan pangilan ke *123*44#. Dan dari dari menu yang muncul pilih 1 Unreg layanana tertentu bila kamu hanya ingin keluar dari salah satu layanan, atau pilih 2 Unreg SEMUA Layanan bila  ingin berhenti dari semua layanan premium.

Mau Tanya Langsung Whatsapp Aja.
Tulis pesan anda di bawah ini.

Cara Tambah Downline

Cara daftarkan downline Klik Garis 3 pilih daftarkan agen daftarkan agen masukan Nama Alamat No Hp Markup ...